Aku sebagai orang tua, karena cintaku padanya yang mengarahkan sikapku untuk membentuknya menjadi lebih baik, jauh lebih baik dari diriku.
Aku sebagai anak, berteriak karena orang tuaku tidak bisa mengerti bahwa aku hanya menjalani pilihanku dan aku tidak bisa menjadi bahagia jika harus menjadi seorang aku yang berbeda
Aku sebagai orang tua, marah karena harus menghadapi kenyataan bahwa anak kecintaanku akan direndahkan oleh komunitasku karena pilihannya.
Aku sebagai anak, marah karena orang tuaku membuangku dari pengertiannya
Aku sebagai orang tua, menangis karena ketidaktahuanku akan pergumulan anak kecintaanku
Aku sebagai anak, menangis karena orang tuaku memaksaku untuk tidak menjadi diriku
Aku sebagai orang tua, malu karena ketidakmampuanku untuk bersikap yang tepat dihadapan anak kecintaanku, tidak mampu menjagamu dari pengucilan komunitasku.
Aku sebagai anak, memilih pergi untuk menjalani hidupku sendiri dengan pilihanku sendiri
Aku sebagai orang tua, menderita karena ketiadaan pengetahuanku mengenai anak kecintaanku yang membawanya jauh dariku
Aku sebagai anak, bertambah dewasa saat bertualang di lautan waktu
Aku sebagai orang tua, bertambah tua akibat dimusuhi ruang dan waktu
Aku sebagai anak, mulai mencoba memahami orang tuaku
Aku sebagai orang tua, mau memberikan apapun demi pengetahuan yang dapat membawa anak kecintaanku kembali
Aku sebagai anak, mengerti cinta orang tuaku
Aku sebagai orang tua, bahkan nyawaku akan kurelakan agar dia bisa kembali
Aku sebagai anak, memaafkan ketidaktahuan mereka
Aku sebagai orang tua, belajar memahami anakku
Aku sebagai anak, mencintai orang tuaku
Aku sebagai orang tua, ingin anak kecintaanku mengerti arti cintaku
Aku sebagai anak,
Aku sebagai orang tua,
Aku mencintaimu...
Aku sebagai anak, kini giliranku yang berjuang untuk menjagamu hingga akhir waktu.
-autobiografi-
Kadang ketidakpahaman dan amarah dapat dikalahkan oleh maaf dan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar